Sabtu, 13 November 2010

Selamatkan penisillin...!

Saat ini pemerintah harus menyelamatkan antibiotik turunan penisilin yang menghilang sejak beberapa  tahun terakhir karena digantikan antibiotik dari jenis sefalosporin yang berkali-kali lipat lebih mahal. "Hilangnya penisilin di dunia membuat harga obat-obatan antibiotik menjadi mahal. Dalam diskusi tentang "Sinergi Unsur Akademisi, Bisnis, dan Pemerintah untuk Membangun Industri Bahan Baku Obat Antibiotik Turunan Beta Laktam"  menurut Ketua Jurusan Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UGM Prof dr Iwan Dwiprahasto mengungkapkan bahwa hilangnya penisilin karena zat itu dianggap tidak lagi memberi keuntungan bagi industri obat sehingga bahan bakunya sengaja tak diproduksi lagi. Sebenarnya ada beberapa sebab atau alasan menegenai hal ini, salah satu alasannya bahwa penisilin sudah resisten, sehingga berpindahlah ke jenis lain, seperti kita lihat dalam pelayanan kesehatan yang ada. Resisten itu hanya untuk jangka pendek, bukan jangka panjang. Stigmatisasi terhadap penisilin itu disengaja, karena belum ada Evidence Based Medicine yang ada bahwa Penisilin resisten di berbagai Rumah Sakit. Seperti contoh, sebuah jenis obat antibiotik penisilin yang harganya harusnya murah puluhan ribu per ampul menjadi sekitar ratusan ribu per ampul setelah digantikan antibiotik dari jenis sefalosporin, padahal kasiat kedua jenis antibiotik beta-laktam ini sama saja. Dalam perjalanannya ditemukan bahwa tingkat resistensi tinggi antibiotik sefalosporin terjadi di mana-mana akibat penggunaan yang luas dan intensif. Sebenarnya resistensi antibiotik  itu berubah-ubah. Bisa saat ini sudah resisten tapi enam bulan lagi kembali seperti semula. Dalam hal ini beberapa harusnya pemerintah dapa menunjang dan memproduksi kembali adanya antibitik penicillin dalam hal ini dan lebih  insentif terhadap BUMN industri obat misalnya dengan menghapus berbagai pajak, dari mulai pajak bahan baku penisilin, produksi, distribusi hingga pajak penjualan penisilin di tingkat apotek. Menurut dia, di apotek, masyarakat juga memiliki hak untuk meminta obat sejenis yang diresepkan dokter yang harganya lebih murah. Apalagi yang sangat merugikan adalah dimana sekitar 95-96% bahan baku obat-obatan Indonesia banyak yang diimpor dan Indonesia yang lemahnya lagi dimana lebih terfokus pada sekadar kemasan dan promosi, padahal potensi biodiversitas Indonesia sangat tinggi, termasuk tumbuhan untuk bahan baku penisilin.
Dalam hal ini bisa dijadikan” Homework” untuk pemerintah, agar resistensi obat di Indonesia tidak semakain luas dan dapatnya efektif dalam penggunaan yang sesuai.

Sumber : Diskusi tentang " Sinergi Unsur Akademisi, Bisnis, dan Pemerintah untuk Membangun Industri Bahan Baku Obat Antibiotik Turunan Beta Laktam"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar